Sunday, December 29, 2013

Terekam Riang Kita Saat Senja


Pada rekaman, jejak senja saat berkunjung.
Dengan kita senantiasa menikmati.
Desiran ombak, lembayung senja merajai.
Angin sepoi, teramat tak berhenti.

Horizon terlampau jelas
Ujung sore menyebarkan siluetnya
Detik-detik mentari akan tenggelam
Jemari ini sigap menyatu

Senja di pantai, menikmatinya bukan pertama kali
Namun denganmu, ini tersampaikan
Bersama menelusuri bibir pantai
Terang jelas mentari yang mulai bergegas pergi

Dialog kita, dengan riang tak mau berhenti
Senja masih nampak elok menenangkan
Merah jingganya mulai tersebar
Berserak tertata tetap pada kita

Aku tenang, dan kamu demikian
Jemari kita tak lagi bersatu seusai senja berlalu
Tapi kita telah dapatkan
Terekam jelas kebagiaan itu

Senja telah usai sore ini
Lupakan, tidak akan semestinya
Simpan, senja akan berkunjung kembali
Kembali untuk kita, berpeganglah erat

(28/12) -- Diaz & Laras, Senja di Pantai Parangtritis, Yogyakarta

Wednesday, December 25, 2013

Tiba untuk Kita, Percayalah

Tiba.
Kau datang dengan keadaan yang terbilang semu.
Kau bercerita pertama kalinya melihatku.
Sangka itu belum jelas.
Aku masih berlanjut memahami, dengan seksama.

Perlahan, aku mengerti.
Pada kenyamanan, tenang saat itu.
Setiap kegoyahan datang.
Kau ada, menenangkanku.
Di sampingku, aku merasakannya.

Percayalah!
Memahami krikil yang menjadi hambatan.
Bisa untuk dilewati, dengan bersama.
Berlayar, terarungi dengan tenang.
Bersama, percayalah

Akan selalu ingat.
Kita dengan aroma cokelat, menikmatinya.
Pada pesan dan kesan yang sungguh tersampaikan.
Hidup dalam suasana apik.
Jadi hari indah terukir untuk bersama.

Hujan selalu menemani kita.
Tanpa ribuan bintang sedang menghiasi.
Seolah terjaga saat bersamamu.
Bukanlah khayalan, tidaklah diorama.
Genggam bersama.

Bersama, tersenyum.
Sudah lama aku tak menyandangnya.
Ketika senja sudah cukup untukku.
Datangnya kau, sangat melengkapi.
Untuk kita bersama senja saat tiba.

Jaga aku, tetaplah tenang sayang.
Aku telah bisa memandangimu.
Dengan kau terus menatapku.
Di sampingmu, bahagia selalu.
Karena kau dan aku menjadi satu kini.

(23/12/2013)

Monday, December 9, 2013

Rindu pada Dekapanmu, Ibu


Aku tahu, hujan sedang ingin berlama-lama menampakkan kelihaiannya.
Bukan aku yang ditemani hujan.
Tapi sekarang, aku yang menemani hujan saat tiba.
Lekas duduk, aku bersama hujan.
Dengan berpura-pura menyendiri di kedinginan sore.

Ya, saat jingga harusnya menjumpai para penikmatnya.
Memang, tak tampak di ujung sore.
Beralih dengan seksama menerima.
Bahwa hujan ingin lagi berlanjut, hingga larutnya malam.
Bisa saja, hingga dini bersambut menemaniku.

Aku teringat, bersamamu.
Pada rasa ringkih kesakitan malam.
Saat hujan sedang lebat, kamu menemani.
Aku rindu.
Berdiam memelukmu, dan lelap dalam dekapan hingga esok.

Aku teringat, menantimu.
Memintamu untuk berkunjung.
Sedang aku merasa sakit seperti dulu.
Inginkanmu, tanpa bermanja seperti biasanya.
Dekap aku.

Hujan memberi aku jalan untuk mengingat.
Seraya aku memejamkan mata, aku menangis.
Aku lelah.
Aku rindu di dekatmu, seperti dulu.
Kumohon, Ibu.

Saturday, November 9, 2013

Jangan Usai Sekarang

Usaiku belum tiba.
Tunggu, aku masih bergelut dengan kesenjangan yang belum juga usai.
Sebatas menghirup udara yang tak pernah sampai memenuhi ruang diafragma.
Masih berkeliaran tak tahu mau kemana.

Sayang, aku belum lelah.
Siapapun seharusnya mempertanyakan sebab lelahnya.
Sebab itu, usaiku belum datang. 

Jika ada gelas, baiknya diisi.
Tak perlu penuh segera.
Perlahan-lahan saja, mungkin akan berlebih baiknya.

Bolehkah aku rehat? Tetap dengan kamu.
Selagi aku masih bisa menikmati kesenjangan kelut di sini.

Oh lights go down
In the moment we're lost and found
I just want to be by your side
If these wings could fly
Oh damn these walls
In the moment we're ten feet tall
And how you told me after it all
We remember tonight
For the rest of our lives

--- Birdy-Wings

Thursday, November 7, 2013

Sudahilah Segera

Kepada fajar, senja, dan hujan yang berada pada satu harinya bumi.
Teduh serupa dengan tawaran cokelat hangat yang dinanti.
Aku masih berdiam, dengan diri sendiri.
Lagi-lagi masih bekutat dengan apa yang harusnya menjadi pikiranku.

Sudah terlalu lama aku berada pada fase menyebalkan ini.
Sayang, menghabiskan waktu padanya tak cukup mengobati.
"Ayo, ..."
"Ini bagaimana?" Sudah terlalu penuh bergelayut di pikiranku .

Mau seperti apa? Adanya seperti ini.
Lekas selesaikan, dengan kembali ke sedia kala.
Kita berteman terselubung kebingungan.
Melenyapkannya pada fajar, senja dan atau hujan yang datang. Sebaiknya!


Monday, September 23, 2013

Lain Kesempatan Untuk Kita Menikmati Senja

Bukan karena aku di sini.
Senja saja hadir saat sore mulai larut berganti dengan petang, dilanjutkan malam. Begitu siklus setiap hari yang kujalani.
Bintang dan rembulan begitu pintar untuk membuat langit tampak indah.

Melihat senja datang dihamparan luas. Kamu menjadi tahu apa yang aku suka. Menikmatinya bersama seakan menjadi lebih bahagia. Walau mungkin, kamu belum tahu mengapa aku bisa menyukai senja.

Siluet saat itu indah, katamu. Itu saat senja berkunjung dihadapan kita. Tak lekang melihatnya sampai senja usai pertunjukan. Hingga dilanjutkan terangnya rembulan yang membuat kita masih saja sulit beranjak dari hamparan itu. Ditambah desiran ombak petang yang membuat tubuh lambat laun menggigil kedinginan. Sungguh, aku ingin setiap harinya seperti itu.

Kapan aku akan merasakan hal itu lagi?
Aku ingin bersama kalian, hey penikmat senja. Duduk berjajar disebuah kursi panjang, menghadap datangnya senja. Kita sama bercerita, tentang senja, tentang kita bersama. Menjadi siluet bagi pengunjung pantai lainnya. Aku berandai, bersama kalian.

Nampaknya, hari-hari kita masih belum selaras saat ini. Untuk menunggu senja saja terkadang lupa. Senja begitu sebentar, aku tak cukup menikmatinya dikala terkalahkan oleh aktivitas keseharianku. Aku berandai lagi andai senja berlama-lama singgah. Aku bisa melihat warna jingga, membentuk siluet setiap harinya. Sedang untuk bercerita kepada senja tentang keluh kesahku seharian.

Kapan-kapan senja akan berkunjung saat kita bersama lagi. Segera.


(Menulisnya saat sepi yang masih menjadi pilihan)

Sunday, September 8, 2013

Kepada Serumpun di Sabana

Ternyata keberadaannya masih serumpun.
Menjejaki bebatuan yang terlihat klise.
Bahkan, tak urung menilik luasnya sabana.
Masih bergembira di sempitnya ruang sterilku.
 
Aku akan berkunjung, keluar dari kepersinggahanku.
Kepada sabana luas yang menyihirku dengan mulus.

Aku menunggu kala senja datang.
Jika masih serumpun, kita akan bersama menikmatinya.
Walau sebentar, aku bergembira.
Menanti keesokannya dapat kualami lagi.
Pada sabana, pada serumpun, pada senja yang terperangkap dalam cerita.

Wednesday, August 21, 2013

Kekonyolan Lagi

(14/8)
Awalnya, sih baik-baik aja. Seperti biasanya kami bersenda gurau lewat pesan singkat (SMS), masih juga twitteran. Namun, entah ada angin apa kami setuju untuk melakukan hal konyol, untuk yang sekian kalinya. Sebelumnya hal konyol yang kami lakukan adalah mengirim surat lewat pos. Hal konyol itu kami lakukan saat gua yang sering dipanggilnya Panda, sedang berada di Bontang dan dia yang sering gua olok Kebo, di Yogyakarta. Dan kali ini, kami melakukan hal konyol lagi. "Sepakat untuk tidak berkomunikasi seminggu lamanya. Terhitung dari 15-21 Agustus 2013".

(21/8)
Eh, hari ini hal konyol yang kami lakukan selama seminggu sudah mencapai batas akhir, nih. Tapi, gak semudah gitu aja untuk mengakhiri hal konyol ini. Kami juga sepakat, jika kelak waktu habis dan kita bisa mulai untuk berkomunikasi kembali, kami akan membuat tulisan tentang kejadian konyol ini di blog kami masing-masing. Kejadian yang jarang terjadi. Baru kali ini, dengan Kebo, gua ngelakuin hal konyol begini. Tapi, seru juga, sih. Hidup serasa bewarna, loh. banyak orang yang bilang kalo Kebo itu super konyol, aneh juga menurut gua. Oh iya, gua mau kasih tau sesuatu, nih. Beberapa hari lalu sempat ngobrol dengan Mas Bowo via facebook (chating).


(19/8)
Mas Bowo: Di Jounal divisi apa?

Panda         : Media, mas.

Mas Bowo: Oh tidaak, nanti terkontaminasi si tua brewok itu. Baca: Ilham.

Panda        : Sepertinya sudah terkontaminasi.

Mas Bowo: Terkontaminasi dengan virus jomblo dan kegaulannya.

Panda        : Kalo jomblonya sih gak papa deh.

Mas bowo: Jangan..........
                   Jomblo seperti dia bakalan jomblo tingkat akut.


Mas Kebo, masihkan kau jomblo? Hahaha ;)


Lagi dan lagi, kembali dan kembali, tertawa bersama
- Mas Ilham (Kebo) yang jahat :D

Tuesday, August 20, 2013

Tetap Malu

Tidak penting!
Ketika itu yang pertama kali kamu perlihatkan padaku.
Malam, saat kumampu melihat langit yang sangat luas.
Bahkan aku mampu melihat bintang yang tampak malu-malu berdekatan dengan sang bulan, selalu berkedip.

Memilih duduk di tangga duduk berkayu, pada hamparan tanah luas tak berorang.
Malam itu, di kota kecil.
Sesekali angin malam berhempus mendekatiku, juga kamu.
Menusuk masuk ke pori-pori kulit tubuhku, dingin sekali.

Pertamanya kita bercerita, sedikit lama.
Ada 'Kebab Turki' di tengah kita, aku abaikan.
Memperhatikan kolong langit di malam hari lebih mengasyikan untukku.
Sesekali aku tersenyum, bintang dan bulan sudah semakin berdekatan.

Sungguh aku tak pandai, untuk pertama kalinya jika bertemu.
Namun, kamu yang pandai membawaku ke tempat ini.
Sehingga bintang dan bulan menjadi temanku, mengusir sebagian rasa malu-maluku.
Jika bintang bermalu-malu dengan sang bulan, aku malu untuk pertamanya bertemu denganmu.

Bukan pertanda, kita akan baik-baik saja.
Lekas selesaikan, aku ingin segera pulang.
Kembali ke persinggahan lamaku yang sebentar lagi akan kutinggalkan
Kamupun, singgah sana-sininya sama denganku.

Tuesday, August 13, 2013

Akan Sama Bercerita

Jika halusinasi adanya yang tak berkunjung nyata, hentikanlah segera.
Masih banyak serat-serat runyam menanti untuk diluruskan kembali.
Terus menerus menjelajah juga tak tentu baik, ketika belum lurus untuk bersedia diabaikan.
Memastikan serat-serat itu terbujur dengan rapinya, agar kelak membekas dengan indahnya juga.

Lalu, kutemukan lagi serat-serat yang telah berjejer indah.
Aku tak perlu merapikannya seperti sebelumnya.
Hanya saja aku perlu mempercantik, melakukan cara yang berbeda.
Coba memainkan senjata yang kugenggam, secarik kertas dan sebatang pena bertinta biru.

Betapa aku ingin berbagi, dengan kalian, dengan kamu, atas siapa saja.
Hasil yang diperbuat senjataku yang tak tentu terbilang mewah itu.
Sembari aku bersajak setelahnya, aku coba kembali membaca coretan huruf-huruf yang telah kubuat.
Melegakan hati tanpa halusinasi yang menjalar dalam tubuh ini lagi.
Bersiap menunjukan hasilnya pada kalian, mendengarkan kisahku.
 

- Akan birunya permata 'Sapphire Blue-ELF-슈퍼 주니어'





Monday, July 29, 2013

Semoga, Dunia Tak Lagi Fana


Sampai aku di sini, tertegun di tempat aku pulang.
Sergapan embun pagi kala ini tak lantas aku rasakan.
Bukan lagi dahulu, sadar bahwa kini adanya.

Mulai lagi dengan kiasan, lagi dan lagi.
Sedang aku tak pandai berucap kata demi kata.

Mulai terang, embun seraya mengudara.
Tersapu sinar mentari pagi.
Para tumbuhan riang gembira, mereka berfotosintesis.
Masih sama.

Aku, tidak!
Aku merasa tidak pada tempat yang sebenarnya.
Mungkin saja aku tengah berada pada atmosfir kepalsuan.
Hingga aku tak kunjung terima, dengan kekinian yang ada.
  
Keluar, keluar!
Seru menyeru, meyeruak.
Memecah belenggu akan fatamorgana.
Seakan hanyut terbawa sihir dunia yang tak lagi fana.
Semoga.


Saturday, July 27, 2013

Sebab Aku, Merindu

Kamu tetap terlihat di diamnya air.
Mengusikmu kalanya tertuang setetes air.

Berdiri di teriknya sinar sang surya.
Aku masih bersamamu.
Jarak sejengkal darimu, diriku.

Ketika gelap pekat.
Hanya sorotan satu lilin berapi diatasnya, aku tersenyum.
Kamu dihadapanku, dalam kegelapan.
Gema suaraku terus meluncur, menari bersama.
Menjaganya agar cahaya tetap menyalah, agar hadirmu tak sirna.

Sadarku mulai berkunjung, setelahnya aku berkutat pada semua.
Hadirnya hanya diriku, tak lantas nyata denganmu.
Anggap diriku dua, jadi kamu yang sama denganku.

Tidak bosan bermain-main dalam kepalsuan, yang singgah cepat terperangkap di mataku.
Terselap merindu datangnya kamu.

Waktu masih lama, percepat.
Tibalah pada dekapan, berselimut taburan kelopak bunga wangi.
Mengusung segala keriuhan dunia.
Kembali.

Sunday, July 21, 2013

Aku di Antara Debu-debu

Sungguh

Aku bukan peri cantik nan berhati lembut


Yang selalu baik kepada siapapun

Aku masih berdebu

Yang kadang kala menjadi kotor


Aku percaya kelak ada yang menjadi acuan jalanku. Bimbang bahkan gusar ketika kudapati ragaku tak sejalan dengan jiwa ini. Menempuh perjalanan sangat amat panjang. Berliku. Tak urung jua sampai. Mungkin jalanku masih jauh, mungkin juga sebentar lagi akan usai.

Entah dimana akan berujung. Hanya mengandalkan secarik kertas yang masih putih bersih ini. Menunggu saatnya mencoreng indah di atasnya. Mengukirnya dengan tinta hitam yang sangat sabar menunggu menetes dari lubangan kecil di ujungnya. Sungguh kunanti. Bersiap pesan sampai kepadamu.

Tuntun diriku. Berucaplah di depanku. Kau harus melakukannya, agar aku bisa berdiri kembali. Tak ada bimbang dan gusar lagi yang menyinggahi alurku. Ayolah, jangan hanya bergumam. Bantu aku.

Hanyalah debu

Sukar untuk dihilangkan

Partikel kecilnya mampu kembali 

Sebab hempasan angin yang menerjang

Tak peduli berapapun jumlahnya

Jika engkau telah menuntunku

Bersabar hingga aku kembali berdiri

Dan berani berjalan kembali

Aku tak jadi bimbang dan gusar

Sebab aku telah kembali tegar

Walau aku masih diantara debu-debu

Resensi Novel: Mencari Tepi Langit

Sudah lama membaca bukunya, tetapi baru berkesempatan meresensinya sekarang. Maafkan. ^.^

Judul: Mencari Tepi Langit
Penulis: Fauzan Mukrim
Penerbit: Gagas Media
Tebal buku: vii+280
Tahun terbit: 2010

Novel yang berjudul "Mencari Tepi Langit" merupakan novel soliteri yang pertama kali saya baca.

Seorang perempuan bernama Horizon Santi yang mendapatkan kiriman email misterius dari seseorang yang bernama Tepi Langit saat ulang tahunnya yang ke-22. Hal tersebut sontak membuat Santi sangat kepikiran. Email yang berisikan kenyataan bahwasannya ia adalah anak adobsi. Semenjak itu, ia memutuskan untuk keluar dan pergi dari keluarga yang telah membesarkannya. Santi terpikir untuk mencari dimana keluarga kandungnya. Dengan niat tersebut, ia meminta bantuan kepada teman yang berprofesi menjadi wartawan saat itu. Senja namanya.

Novel ini sangat bagus dengan mengangkat cerita mengenai dunia jurnalistik. Tak banyak novel yang mampu menerbitkan ceritanya di lingkup jurnalistik. Gaya bahasa yang digunakannya kaku, harus perlahan-lahan untuk membaca serta memahami isi cerita tersebut. Alur cerita yang baik, memberian banyak pengetahuan seputar dunia jurnalistik itu sendiri. Dari segi tampilan, sangat menarik. Seolah penasaran dari judul yang ada di cover novel, membuat pembaca ingin mengetahui isi ceritanya.

Secara keseluruhan, novel ini cukup baik. Bagi saya, menjadi tantangan membaca buku/novel dengan genre seperti ini.

Novel ini sangat cocok untuk dibaca saat mempunyai waktu luang agar lebih efektif untuk memahami isi cerita tersebut. Isi cerita ini juga menarik sebab banyak mengangkat unsur pengetahuan di dunia jurnalistik.

Wednesday, July 17, 2013

Terbawa Luka

Dalam sedetik pun aku tetap mengingatmu
Bukan karena kau tak mau pergi dari ingatanku
Tapi, karena kau terlalu sering meninggalkan luka di tubuhku
Sudah lama itu terjadi
Setahun, dua tahun, bahkan bertahun-tahun, kita tak kunjung seperti dulu
Tak lagi ku temukan kau
Sirna perlahan
Namun, kau tak mau membawa luka yang kau buat

Ketika kita bertemu
Aku menundukkan wajahku darimu
Memalingkan penglihatanku dari matamu
Dan diam menunggu kau bicara
Apa kau ingat semua itu?
Waktu terbuang begitu cepat
Hingga senja datang dan akhirnya kita berpisah
Menuju tempat masing-masing, aku rindu

Aku sudah lupa
Lupa bila kita tak bersama lagi
Kini, terlalu naif
Aku mengingatmu tanpa kau mengingatku
Walau di satu naungan
Di jarak yang dekat
Di putaran  waktu yang sama
Tak jua kita bertemu kembali

Sisipan kalimat manis yang aku dapatkan darimu dulu
Tak lagi kuinginkan
Sudah ku buang
Sungguh tak kubutuhkan
Seperti tinta yang mengeras
Aku tak dapat meleburnya lagi
Sekalipun jika kau kembali
Aku menolak

Sunday, July 14, 2013

Kembali?

Kembali?
Kepada si(apa) aku harus kembali?
Jika sekarang aku hanya sendiri
Menanti hari untuk kembali
Aku tak tahu
Di ujung senja
Aku meragu
Akan tempat ku kembali
Entahlah!

Entahlah!
Mungkin tidak kepada siapapun
Atau kembali atas jalanku
Karena desiran ombak di pantai terhempas
Atau bahkan senja yang seakan menghilang
Membiaskan cahaya menjumpai malam
Jalan kembali semakin dekat
Aku masih meragu
Sampai kapan?

Malam datang terus berjalan
Detik kian berlalu
Memaksa untuk maju mencapai masa depan
Tik tok... Tik tok...
Sebentar lagi malam sirna
Bergantian dengan datangnya dini
Hari telah berbeda, kembali pada satuan waktu yang sama
Aku semakin dekat untuk kembali
Tapi, belum ku temukan kepada si(apa) aku kembali

Jogja dan Bontang

Dari jauh aku berjalan
Hanya untuk berada di tempat ini
Sebenarnya pun aku bingung
Dengan apa yang ingin aku cari

Tidak lelah
Tidak bosan
Mungkin itu berlaku untuk sekarang
Namun, Apa itu juga berlaku setelah sekian lama di sini?
Aku rasa tidak

Hanya tempat
Aku seperti orang asing kembali
Tak ada beda
Tak ku temukan keriuhan yang andai saja terjadi
Setahun saya datang

Aku kembali teringat akan kota perantauan
Kota yang dulunya tak pernah amat berarti
Sekarang, di kota itulah aku ada
Bersama kalian,
Aku rindu

Bukan
Bukan aku tidak menikmati kembalinya di kota lahirku
Tapi, alangkah indahnya jika keduanya menyatu
Jogja dan Bontang
Mungkin akan terasa lebih lengkap

Friday, July 12, 2013

Pada Sebelas Malam: Kisah Kaset di Kolong Langit

Suara gemericik tak lagi santer terdengar. Tak ada lagi cahaya di situ, semua berubah menjadi kelabu. Tak ada lagi kudapati senyuman yang dahulu kian merona. Melukiskan semua cerita di sorenya hari. Hanya kelabu. Hanya itu yang kudapati di kolong langit. Tapi, ada satu yang berbeda. Kujumpai pelangi (seperti) di ujung kolong langit itu. Aku melongoh. Apa kabar engkau yang kutitipkan pada pohon berjajar beriringan di senja pucat ini? Masihkah akan kudapati senyum singgah di bibirmu? Yang tampak berbeda dengan langit kelabu yang tak menampakan senyuman indahnya dikala senja datang. Ku harap kau masih bisa memberikan itu kepadaku. Tak banyak waktu. Senja akan segera berlalu walau ia hanya memberikan pucat kelabu. Senja tak peduli. Waktu mengutuknya. Hingga saat waktu senja habis, senja masih saja pucat.



Hujan kembali turun. Membuatku terkurung tak bisa melenggak kesana kemari. Sungguh menyebalkan. Hujan tak kalah hebat dari datangnya senja. Hujan mampu bertahan dengan mulusnya hingga malam menjelang. Membuatku berontak tak ingin menunggunya pergi. Kuterobos dibilik semua hujan yang kian berirama saja. Lagi-lagi teringat. Sedang apa kau ditengah bumi yang didera hujan turun? Apakah kau hanya mematung beku tak tahu akan pergi kemana? Hmmm, pertanyaanku hanya terbesit dalam hati. Tak kudapati jawaban.

Sadarku. Aku sedang memutar kaset masa lalu itu. Bersamanya tak berarti lagi. Cukup! Kuhentikan putaran kaset yang semakin menggelayut di jiwaku. Ternyata, aku memutar kaset itu di tengah bumi yang juga sedang bersedih tak berarah dan tak berwaktu. Ini adalah persetanan waktu. Rentetan audio di memori otakku semakin tak terdengar. Terputus tepat saat hilangnya Senja. Namun, hujan masih saja betah membuat kelabu di kolong langit, hingga menjelang malam. Aku berhasil keluar dari persetanan waktu ini.

Lekaslah kolong langit tersenyum seperti dikala kau merona
Tak lagi  kudapati kau bersorak setuju
Akan kaset masa lalu yang terputar barusan
Sudah cukup
Itu hanya sebagai selingan saat senja kelabu datang
Di persetanan waktu

Saturday, July 6, 2013

Bentang Cahaya

Titik-titik cahaya
 Menjadikan bidang yang saling sambung 
Warna cahaya yang banyak beda 
Sebagai pembatasnya 
Nampak indah
Jika saja asaku seperti ini adanya 
Aku tak ingin turut bersebelahan 
Tak ingin sama datarnya 
Sebab bentang cahaya tak akan tampak lagi
Jika esok padam 
Lekaslah untuk terang kembali 
Titik-titik cahaya muncul membentuk bidang lain lagi 
Segitiga, segienam
Bahkan lingkaran
Lihatkan ! 
Aku akan lihat lain kali, segeranya 
Bentang cahaya masih tersipu 
Enggan untuk mendekat 
Agar lebih jelas 
Lebih banyak 
Sempatkanlah

Sunday, June 30, 2013

Menuju Warna Cerah

Menurutku memang bahagia bila di dalam ruangan yang itu bisa membuatku nyaman. Sendiri. Ya, tetap sendiri saja. Sudah dari lama hal itu melekat dalam diriku. Orang banyak bilang, aku itu "anak rumahan". Hanya keluar rumah kalo ada keperluan sekolah, atau sekedar main ke rumah teman. tapi, temanku pun itu itu saja. Aku main ke rumahnYa juga karena sifat kami yang tak jauh beda, dengan kegemaran dan kesukaan kami yang sama pula. Itu yang menjadi alasan mengapa kami dulu bisa akrab, hmmm sampai saat ni juga akrab sih. Soal k-pop, nah itu. aku di rumah terus bukan berarti gak bosan ya. rasa bosan itu terkadang muncul kok, bahkan ketika waktunya tidak tepat (?). "Memang bosan datang diwaktu yag tepat ya?" pertanyaan itu terlontarkan dari seorang kakak Asprak Komunikasi Data (panggilannya Aldy) beberapa waktu silam. Ya, ibaratnya seperti itu lah. Nah saat aku merasakan bosan, hanya ada satu jalan untuk menanggulangi rasa bosan itu. apakah itu? lagi-lagi bersangkutan dengan k-pop, lebih spesifiknya tentang Super Junior. Boy Band asal Korean yang sangat aku kagumi sejak tahun 2008 silam. Hmmm sudah 5 tahun ya. Yang sering aku lakukan sih mendengarkan lagu-lagu mereka, bukan sekedar mendengar tapi juga menyanyikannya. Hehehe. Aku juga sering menonton video-video tentang mereka, mulai dari Music Video (MV), Perform-nya mereka di stasiun Televisi, Konser Akbar (Super Show), hingga menonton video kocak mereka saat variety show. Yakin dan pasti rasa bosanku hilang. Itu masih aku lakukan hingga sat ini loh, dan mungkin selamanya. ya, namanya juga gemar. Hehe

Tapi, sejak aku kuliah ini sih ada perubahan. Bertambah lagi hal yang bisa buat aku nggak bosan lagi. Yaitu, teman-temanku di  LPM Journal mulai dari Kakak-kakak (Mas dan Mba) serta teman-teman sebaya. Itu mampu membuat aku hilang kebosanan. Mantap :)

Entah kenapa sih, itu sangat sering aku rasakan dekat-dekat ini. Aku ngerasa punya 'alat' yang bisa buat aku senyum, tertawa bahkan bercerita. Maaf ya teman-teman. Ini perumpamaan aja kok. Hehe
Eh, tapi benar. Semenjak aku ada di Journal tu, aku jadi ngerasa senang. kalian semua kocak. Ya bisa menyeimbangkan aku yang sangat gak bisa bercanda dan kocak seperti kalian-kalian itu. Jadi, bukan hanya aku bisa berkembang dan maju dengan hobiku di Journal ini tapi punya banyak teman yang baik dan kocak sepeti kalian. seimbang banget rasanya. Lengkap :)
Gak ada kata "sia-sia" aku masuk di Journal. Ibarat banyak cabang jalan, dan aku bertekad melewati jalan ini, dan akhirnya aku bertemu dengan Journal. nah, di sini lah aku senang.
Aku seperti di atmosfer baru. Sebelumnya aku belum pernah di sekeliling orang banyak, sekarang itu terjadi. Aku belum pernah di sekeliling laki-laki dan sekarang itu aku alami. Aku belum pernah banyak bicara saat ada orang banyak, sekarang aku bisa melakukan itu. Aku banyak diam, banyak cuek, banyak bilang kata "terserah", tapi sekarang semua itu berangsur-angsur hilang.Seperti dahulu aku berada di warna hitam, putih, abu-abu, dan sekarang aku berjalan ke arah warna-warni yang cerah. :)

Itu sedikit ceritaku di masa lalu dan sekarang. Perbedaannya terlihat walau sedikit. Oke, mungkin itu aja.Dan buat kakak-kakakku dan teman-temanku di Journal, aku ucapkan terima kasih sudah ada bersamaku. Aku senang. Tetaplah. Seperti ini. :)

Saturday, June 29, 2013

Seketika Hilang

*Cerita ini aladah sambungan dari cerita FanFiction part 1 (Sweet Meet)



              Kebersamaan Yesung dan Hyo semakin erat saja. Mereka bahkan sering bertumu untuk sekedar bercerita atau melepas kangen. Hyo merasa sangat bahagia karena telah ada Yesung di sisinya sebagai kekasih Yesung. Begitu pula dengan Yesung, sangat bahagia bertemu dengan Hyo yang tanpa sengaja dan berlanjut ke hubungan serius ini. Mereka berdua saling jatuh cinta. Namun, terlepas dari itu ada kabar yang mengejutkan bagi Hyo. Tiba-tiba saja, Sungmin berubah menjadi baik ke Hyo. Hyo meresa bingung dengan sikap Sungmin yang berubah seperti itu. Sangat jauh di luar perkiraan Hyo saat itu.

“Hyo, apa kabar?” pesan masuk ke ponsel Hyo menandakan dari Sungmin
Hyo: “lu ngapain sms aku?” balas Hyo dengan singkatnya
Sungmin: “kau tak keberatankah bila nanti malam aku ajak kau keluar?” tanyanya to the poin
Hyo: “untuk apa kau mengajakku jalan, Lee Sungmin?” Hyo membalas pesan itu sambil terlihat kesal
....
Entah apa yang ingin dilakukan Sungmin hingga ia mengajak Hyo untuk keluar dan bertemu dengannya.  Namn,malam itu juga Hyo sudah terlanjur punya janji dengan Yesung, Young dan Ryeowook untuk pergi jalan bareng. Secara langsung Hyo menolak ajakan Lee Sungmin.

            Le Sungmin perlahan-lahan menunjukkan rasa sukanya pada Hyo. Wajar saja, Sungmin tidak mengetahui bahwa Hyo telah berpacaran dengan Yesung. Ia masih berusaha berbuat baik dihadapan Hyo. Ingin menunjukkan bahwa ia pantas untuk Hyo dan tidak seperti yang dipikirkan oleh gadis rupawan itu. Hyo yang sama sekali tidak menggubrisnya pun tak peduli. Memang Hyo merasa bahwa Sungmin mulai berubah sikap padanya, namun ia tak ingin memikirkannya. Berbagai cara ditempuh Sungmin untuk menakhlukkan hati Hyo. Sungmin yakin, suatu saat Hyo akan luluh olehnya. Sungmin sangat yakin sekali.
#
            Young, sahabat Hyo sejak SMA yang kini kembali ke Seoul membuat Hyo kini tak kesepian mengisi hari-harinya lagi. Terlebih lagi hari-hari libur yang dirasakan Hyo sangat menyebalkan. Ia tak bisa bayangkan bila selamanya akan terus merasakan hari libur yang menebalakan seperti yang ia rasakan sekarang. Hari-hari Hyo terisi dengan kebersamaannya bersama Young atau pun Yesung. Tak jarang juga bersama Ryeowook, teman dekat Yesung. Bahagia bersama sahabat itu sangat menyenangkan menurut Hyo. 

            Hyo masih merasa sangat kesepian bila di rumah tanpa Papa dan Mama. Ia mengerti pekerjaan mereka yang mengharuskan mereka melakukannya. Waktu demi waktu tersita hana untuk pekerjaan mereka. Hyo merasa kurang perhatian dari orang tuanya. Ia ingin bisa berkumpul bersama untuk meluapakan kerinduan mereka. Ia pun punya ide yang cukup bagus untuk masa liburan bulan depan nanti.

“Young, apa kau punya ide bagaimana agar Appa dan Eomma –ku meluangkan waktu untukku?” tanya Hyo lemas pada  Young
“hmmm, kau kangen dengan mereka?” pertanya berbalik untuk Hyo
“sangat, aku sangat merindukannya. Aku ingin bersama mereka lagi untuk bersenang-senang” jawab Hyo dengan nada lemas tak berseri

            Lumayan lama Hyo dan Young memikirkan hal itu. Bagaimana cara agar bosa berkumpul orang-orang tersayang. Namun, satu gagasan yang membuat Hyo sangat antusias mendengarnya. Ide itu dari Young, sahabat yang ia percaya dan sayangi selama ini. Di tanggal ulang tahunnya minggu depan nanti, Hyo akan meminta kepada Appa dan Eomma untuk meratakan hari ulang tahun itu dengan meriah. Dan bukan hanya pesta meriah, namun liburan ke luar negeri yang ia inginkan. Hyo berdoa dan berharap mereka mau mengikuti rencanannya. Hyo pun kaan melibatkan sahabatnya Young, Yesung, Ryeowook dan sebagian teman kampus yang lumayan dekat dengannya. Hyo sangat mempersiapkan perayaan ini jauh-jauh hari. Hal penting yang harus ia lakukan adalah membujuk Appa dan Eomma –nya , karena baginya hal itu sangat sulit sekali melihat pekerjaan mereka yang sangat menyita waktu itu.
#
            Pagi-pagi sekali Yesung menghampiri Hyo di rumahnya. Ia ingin meminta ijin untuk pergi ke Tokyo Jepang untuk study banding yang diadakan di kampusnya. Yesung ingin membujuk Hyo agar diijinkan sebab beberapa hari lalu Yesung sempat meminta ijin namun Hyo tak mengijinkan. Hyo tak ingin jauh dari Yesung. Tak mau jauh dari orang-orang yang ia sayangi lagi.

“Annyeong.....” salam Yesung sambil mengetuk pintu ruamah Hyo
Pintu dibuka oleh Bibi Song yang sedang membereskan rumah yang besar itu..
“Hyo mana ya Bi? Saya ingin bertemu” tanya Yesung
“Nona Hyo masih tidur, nak. Apa perlu Bibi bangunkan dulu?” jawab Bibi menjelaskan
“tidak perlu Bi. Biar saya saja membangunkannya” pinta Yesung sergap

            Maklum, ini hari minggu. Hari yang menurut Hyo menyebalkan bila tak ada kegiatan yang membuatnya senang. Maka dari itu, Yesung pagi-pagi sudah pergi ke rumah hyo. Berharap rencananya mengajak jalan ini membuat Hyo senang dan akhirnya mau mengijinkan Yesung untuk pergi study banding ke Tokyo.
“sayang.....” bisik Yesung tepat di telinga Hyo yang masih terlelap tidur
Tak bereaksi apa pun
“sayang.. My lovly... bangun dong...” bisik Yesung kedua kalinya
Dan kali ini Hyo pun bereaksi.
“Hoammm.... apaan sih?” jawab Hyo setengah sadar
“Hei.. hei.. bangun sayang. Aku ingin mengajakmu jalan hari ini” jelas Yesung membangunkan Hyo secara utuh
“kok gak bilang-bilang sih semalam kalau kau mengajakku jalan hari ini. Aku kan masih ingin tidur.” 

            Tiba-tiba saja mood hari ini sangat buruk. Hyo merasakan hal yang tidak beres di dalam perasaannya. Ia berulang kali mengacuhkan pembicaraan Yesung yang mengajaknya ngobrol. Kali ini Hyo benar-benar seperti orang linglung.

            Yesung sangat bingung melihat kelakuan Hyo hari ini. Rencananya yang mengajak ia jalan ternyata tidak direspon baik oleh kekasihnya. Ia jadi kehilangan akal untuk mencairkan suasana. Yesung mencoba mengerti keadaan Hyo yang tak ceria hari ini.
***
Sebulan berlalu. Keadaan hubungan Yesung dan Hyo mulai ada perubahan. Yesung nampaknya merasa senang melihat Hyo kembali ceria seperti sedia kala. Namun, di samping itu ternyata Hyo menyimpan rahasia kepada Yesung. Dan saat itu, ia pun menceritakannya kepada Yesung.

            Yesung sangat menunggu, apa sebenarnya yang ingin dikatakan Hyo kepadanya. Tiba-tiba saja Hyo memutuskan hubungan kekasih diantara mereka. Hyo tak bisa melanjutkan hubungan ini bersama Yesung. Entah mengapa. Yesung menghela nafas, perlahan air mata pun jatuh membahasi pipinya tanpa berkata apa pun. Lalu, ia pergi dengan tubuh lemah berselimut sedih.

Friday, June 28, 2013

Rindu

Lalu, kami berkumpul 
Menjadi satu untuk riang 
Tanda batin mulai menyatu 
Dan saatnya pun terbukti 
Kini menjelang malam tak lagi adanya


Katakan!

Siapa saja! 
Aku ingin 
Katakanlah untuk kebaikanku 
Cercalah jika itu dirasa perlu untuk kemajuanku 
Bantulah 
Aku membutuhkan seperti itu


Kini Saatnya

Telah gelap berangsur-angur sunyi 
Pulihkan kembali 
Dari terciptanya rongga kelelahan 
Kini saatnya...


 Ku Seru(!)-kan

Bersama kembali 
Terasa 
Ketika itu 
Aku senang 
Jangan lelah 
Jangan hentikan 
Seruku untuk kalian (!)


Ulangi Lagi

Ulangi lagi 
Untuk lain hari 
Seperti saat tadi 
Kita berkumpul 
Bercengkrama 
Untuk usai, itu berat


Aku di Sini

Bahwa batin 
Sudah menjawab 
Karena itu 
Aku masih di sini

Thursday, June 27, 2013

PELIMPAHAN KEDUDUKAN SANG RAJA AWAN



Kerajaan Awan sedang bercerita. Kerajaan awan adalah kerajan yang terintim dibandingkan dengan kerajaan lainnya seperti Kerajaan Bintang dan Kerajaan Bulan.

Suatu hari, kediaman Kerajaan Awan seketika menjadi ramai. Ternyata terjadi konferensi yang sangat berat. Semua pasukan Kerajaan Awan berkumpul di suatu tempat yang sangat luas. Kali ini semua pasukan berkumpul untuk merancang perubahan untuk masa Kerajaan Awan mendatang. Berbenah agar kerajaan ini menjadi lebih baik lagi dan tetap teristimewan diatara kerajaan-kerajaan lainnya yang ada di langit ini.

Konferensi dimulai. Semua pasukan menempatkan posisi sesuai tahta mereka. Raden Ayu, Putri Raja Aban dapat merasakan daya dan semangat juang mereka yang begitu menggebu-gebu disertai dengan nafas yang sedikit tersenggal. Semua yang mengikuti konferensi ini sangat berpartisipasi dengan baik. Tak sedikit pasukan yang berani berkoar untuk menyampaikan pendapatnya. Seakan semua lebur. Dewa, Dewi beserta anak-anaknya yang berkuasa di Kerajaan Awan pun berkedudukan sama dengan pasukan lainnya. 

            Selama 10 tahun terakhir Kerajaan itu berhasil dengan mudah menaklukan kerajaan kerajaan seberang sehingga mereka menjadi sangat kaya dan sangat berkuasa serta ditakuti oleh raja-raja di jagat raya.

            Ternyata Sang Raja Aban ingin tahtanya dilimpahkan oeh seorang yang benar-benar setia menjaga kerajaan yang mereka naungi itu. Beliau menginginkan ada yang berhati mulia untuk bertanggung jawab menjaga dan merawan Kerajaan Awan, dan mempertahankan keistimewaan yang berada di kerajaan tersebut.

            Dalam konreferensi ini juga diakan musyawarah untuk akhirnya menemukan sosok yang pantas menggantikan posisi Sang Raja Awan itu. Persaingan sangat alot. Terjadi perbedaan pendapat yang sukar untuk disatukan.

            Beberapa jam kemudian, kesepakatan pun didapat. Semua pasukan sepakan akan mendukung sosok itu untuk menggantikan posisi Sang Raja. 

            Diutusnya pengikut Raja Aban, Brahmantiyo sebagai pemimpin Kerajaan Awan yang baru. “Engkau Brahmantiyo, aku serahkan semua kedudukanku padamu. Berjanjilah denganku bahwa kau akan membuat kerajaan ini menjadi lebih baik lagi dan mempertahankan keterkenalan kerajaan di jagat raya ini. aku percaya kepadamu, Nak”. Dengan ilmu kebatinan yang sangat kuat Raja Aban pun menitihkan air mata saat berucap seperti itu kepada Brahmantiyo. Brahmantiyo menyanggupi keputusan itu. Tak hanya Sang raja yang terharu, hampir semua pasukan pun demikian.

            Dengan adanya pemimpin baru di Kerajaan Awan ini, Raja Aban pun menyerahkan mahkota kepemimpinannya kepada Brahmantiyo selaku pemimpin baru di kerajaan ini. dan pasukan lainnya berjanji akan menyokong Sang Raja baru dalam kepemimpinannya agar Kerajaan Awan ini tetap jaya dan menjadi panutan oleh kerajan-kerajan lainnya yang ada di jagat raya ini.

 

Monday, June 10, 2013

Naungan Awan

















Layaknya awan
Aku putih
Awalku sendiri
Sesaat lagi...
Aku bersama
Awan lain yang sama
Putih...
Tak hanya itu
Terkadang awan berubah bentuknya
Untuk memberikan kecerahan yang baru
Agar kami (awan) betah
Diantaramu kami riang

C_Ay : Clouds, janjiah engkau kepada Sang Raja Awan untuk selalu setia mendampingi dan memuliakannya?
Clouds : (seluruh) Sesungguhnya kami adalah Clouds, tentu saja kami akan berjanji dan selalu menepati janji itu. Kami Clouds sebagai penyeimbang Sang Raja (KJW)

Sunday, June 2, 2013

Setengah Dari Penuh

"Hey kau, setidaknya membalikan tubuhmu untuk melihatku," suaranya berat terdengar

"Untuk apa aku melihatmu bila saja kau tak ingin bicara?" ucap gadis manis itu dengan nada sinis

"Kau seolah tak menghargaiku sebagai pria yang pernah dekat denganmu saat itu,"

"Sekali lagi aku pertegas, jangan membalik ke masa lalu" nada mempertegas

"Dengarkan aku sekali ini saja. Masa lalu kita bukan yang terburuk," jelasnya meyakinkan

Diam...
Saypin nampaknya tak ingin mengingat masa lalunya bersama Dongju. Ia merasa bahwa masa lalunya hanyalah sebagai pikiran baru yang akan menggelayuti disetiap kehidupannya. Memang, rasa cintanya yang tulus untuk Dongju sulit dihilangkan, tetapi ia selalu berusaha untuk melupakan kenangan saat bersama pria yang sangat misterius itu.

Satu kota, namun tak sering berjumpa. Dongju yang masih sangat menginginkan Saypin kembali ke pelukannya merasa kesulitan untuk membuat suasana menjadi tenang. Jelas saja, setiap kali mereka bertemu, Saypin seperti gadis yang berbeda. Sikap dingin dan terkadang sikap emosionalnya muncul sangat tinggi. itu yang membuat Dongju sulit untuk mengubah suasana menjadi tenang saat berbicara dengan Saypin.

Dongju tetap bersabar.Namun, kenyataannya Saypin tetap tak lagi peduli dengannya. Tidak ada niat untuk Saypin berbaikan dengan Dongju. Itikat baik Dongju tentunya menjadi tekanan besar untuk dirinya sendiri. Sementara Saypin masih terbelengu dengan ego dan sikap dinginnya itu kepada Dongju.

Setengahya dari penuh
Itu milikmu
Dan setengahnya lagi milikku
Bagaimana jika disatukan
Menurutku, belum tentu cocok dan serasi

Perhatikan di dalamnya
Ada rongga-rongga kecil yang masih melekat di sisi-sisinya
Pilihanmu hana ada dua
Memperlebar rongga-rongga itu
Atau bahkan membuatnya tiada

Jangan samakan
Itu milikmu
Ini milikku
Setengah darimu
Setengah dariku


Tuesday, May 7, 2013

Always You

5 tahun...
Aku berada pada kehidupan yang hebat
Terperangkap dalam kebahagian semu dan nyata
Aku bahagia

Kau mampu membuatku tersenyum setiap saat
Kau bisa membuatku bangkit tiap kali aku jatuh
Kau mampu memberikan sebagian kebahagiaanmu buatku
Kau bisa membahagiakanku lewat segala tingkah lakumu

Aku lelah
Aku jauh
Aku jenuh
Namun kau datang menyemangatiku

Bahkan jika aku sedih dengan apapun itu
Kau datang lalu memberikaku kata-kata indah
Jika aku mulai merasakan rinduku
Kau tau, dan kau bergegas datang sambil menunjukan fotomu dihadapanku

Aku kembali datang
Memberikamu rasa sayang dan cinta yang begitu dalam ini
Aku memanggilmu
Dengarkan lah setiap kata yang aku ucapkan untukmu

Tempat kita terpisahkan
Namun, kau dan aku sama-sama setia untuk selalu bersama
Bukan alasan untuk tidak memikirkanmu
Sebab sosokmu selalu ada dalm hari-hariku

Ketika malam datang
Ketika ada sedang tidur
Bahkan mungkin ketika nafas mulai tersendat seakan ingin berhenti
Aku tetap memikirkanmu, merindumu dan mencintaimu

Jika kau pergi
Aku tetap di sini menunggu
Setia sampai kau kembali
Percayalah !!!

I always love Kim Jongwoon
I always faith and miss him
I will waiting for you Mr.Selca
ELF and Clouds, that's in my life

"Kim Jongwoon (Yesung) - Super Junior"





(Conscription: 6 Mei 2013)

Friday, May 3, 2013

Ketika Berulang

Jalan lorong panjang
Hanya satu arah terlihat
Tapi, seakan bimbang datang dan tak ada ujung yang membatasi jalan itu
Terlintas haluan ingin ke sana

Kau berani?
Menelusuri jalan lorong yang asing?
Itu bukanlah jalan yang biasa kau temui!
Kau perlu berhati-hati untuk sampai ke sana

Langkah kakimu tersendat
Seakan tak yakin akan terus berjalan
Dan suara-suara itu terdengar
Namun, kau tak melihat apa-apa

Sepanjang jalan lorong asing
Langkah demi langkah, tegakkan!!
Suara tak dikenal, abaikan!!
Terus melangkah, terus maju, kau akan sampai

Ketika kau sampai batas perjalanan
Jalan berlorong itu masih ada dan masih sama
Lalu, apakah kau ingin mengulanginya demikian?
Lantas, ada yang berbeda dengan saat pertama menelusurinya?

Kedua, ketiga, keempat, ...
Jalan itu tak lagi asing
Kau telah berhasil mengenalinya dengan terarah
Dan sekarang tak ada lagi jalan lorong panjang yang asing bagimu


Pages - Menu