Friday, March 29, 2013

Satu Pengintai Dua

Lalu, aku bertemu dengannya
Bukan hanya satu, melainkan dua
Di tempat yang sama dan diwaktu yang sama
Mereka saling kenal
Mungkin karena kesempatan yang menjadikannya satu

Aku seperti sosok pengintai
Pengintai manusia yang tak jelas secara pasti
Entah, aku ingin mendekatinya
Namun....
Aku masih merasakan trauma dengan yang dahulu

Tak mengherankan aku mengejarnya
Sosok mereka yang tak jauh beda saat terlihat di rungan itu
Terlihat berbeda setelah tak berada di ruangan itu
Tak masalah bagiku
Aku menginginkan

Gegabah
Kata itu yang aku sangat takutkan
Dan karena kata itu, aku selalu berhati-hati
Berharap tak terulang kembali
Traumaku masih sulit dihapus

Selanjutnya...
Aku tetap mengintai
Memperhatikannya diam-diam
Mereka tak tau
Aku pengintai mereka

Sunday, March 17, 2013

Perintah Semu

(Sebaiknya tidak perlu) kau utarakan kalimat itu
Aku sudah bisa menebaknya
Dan harusnya kau juga tahu apayang sedang terjadi dibalik kalimat itu
Tidak sukar, namun perlu waktu untuk memecahkannya
Pahamilah satu demi satu kata
Dan rangkailah maknanya dalam sebuah kalimat kembali
Yang akan kau mengerti dikemudian

Selanjutnya
Kau tak perlu memberiku kalimat itu lagi
Akan jelas aku tak akan menanggapi
Bersembunyilah kau ditempat yang jauh
Dan sejenak kau merenunglah
Jangan bertanya mengapa diriku sulit
Jangan berseru tentang karakterku
Diamlah di tempat itu

Keluar jika kau ingin
Aku masih sama
Jadi apa yang kau inginkan?
Apakah kau sudah mengerti?
Sudah lama waktu yang kau jalani
Pilih mana?
Menetap atau keluar?
Sekali lagi, ini bukan perintahku di duniamu !



Tuesday, March 12, 2013

Oh... Bintang

Bintang. Sering kali saya melihat dan memperhatikannya. Apa yang membuat bintang itu indah untuk dilihat? Sepertinya hanya setitik cahaya yang sangat jauh di langit sana. Hanya titik terang yang mungkin saja berfungsi menerangi langit yang gelap. Mungkin juga bintang menemani bulan yang hanya sendiri. Saya jadi teringat lagu kanak-kanak yang berjudul  BINTANG yang dipopulerkan oleh Air. Begini lariknya ....

Bintang di langit
Kerlip engkau di sana
Memberi cahayanya di setiap insan

Malam yang dingin
Kuharap engkau datang
Memberi kerinduan di sela mimpi - mimpinya

Melangkah sendiri di tengah gelap malam
Hanya untuk mencuri jatuh sinaran
Tak terasa sang waktu
Melewati hidupnya
Tanda pagi menjelang
Mengganti malam

Oh bintang tetaplah pastikan cahyanya
Sinari langkahku setiap saat
Bintang pun tersenyum dengarkan pintaku
Berikan kecupan di sudut tidurnya

Saat kecil lagu itu sering dinyanyikan oleh Ibunda saya untuk pengantar tidur di malam hari. Hingga sekarang pun saya sangat suka dengan bintang. Walaupun hanya setitik sinar namun itu bisa membuat perasaan saya senang. Apalagi, bintang bertaburan menghiasi langit luas. Saat melihatnya, merasakan kepuasan tersendiri. Bintang adalah benda luar angkasa yang indah dan mampu membuat saya tersenyum tiap kali melihatnya. :) 

Kota Jogja

Seperti ini yang indah
Seperti ini yang ramai
Seperti ini yang terasakan
Menikmati kesejukkan tengah malam Kota Jogja

Ada suara bising berlalu lalang
Ditambah pandangan akan ramainya suasana
Orang-orang bercanda gurau
Menjejaki nol kilo meter Kota Jogja

Berkumpul
Alunan musik mengiringi
Jajakan pedagang yang berjajar rapi
Tanda keceriaan kota Jogja kini

Saturday, March 2, 2013

Korean Press Center


 Apa yang sedang dicari? Aku tak tau akan kubawa kemana rasa cinta ini? Namun, tekad hati begitu besar. Hingga saatnya aku temukan tempat yang pantas untukku. Bukan hal mudah mencarinya, bukan hal ringan untuk dijalaninya. Terkadang aku tersesat hingga kehilangan arah kembali. Ternyata tempat yang aku temui belum sepenuhya tempat keabadian. Itu hanyalah tempat singgahan yang menempatkanku pada pengalaman. Terus, dimana tempat keabadian untukku?
“Hey, kamu. Masihkah memikirkan tempat yang pantas untuk dirimu?” batin seakan menyapa
(Berpikir sejenak)

Aku akan berjalan, menelusuri sudut-sudut ruangan yang ada di depanku sekarang. Perlahan-lahan  tubuhku terarah ke sebuah ruangan yang tak bisa lagi aku hindari. Panggilan itu terasa kuat saat ku langkahkan kaki mendekati ruangan itu. Dan aku terjebak. Terjebak akan suasana menggeliat. Tenang, menyatu, indah. Itu yang terlukiskan olehku.
“Inilah tempat yang kamu cari, disinilah kamu akan tenang” batin itu kembali datang
Korean Press Center? Tersentak aku ingin tahu seluk beluknya. Setelah itu, ku mantapkan langkah untuk bergabung. Aku tak peduli apa yang akan terjadi dikemudian. Hanya satu yang terpikirkan, “Aku suka menulis. Aku ingin mengembangkannya. Salah ataupun benar, aku akan jalani ini dengan baik.

#
              
  Kegiatan ini asyik kok, berkumpul dan belajar bersama. Aku jadi peresensi, aku jadi reporter, dan aku diantara mereka. Mereka pendahulu yang tak bosan mengajariku untuk terus bisa. Aku tak merasa sakit atau malu bila dikritik. Bahkan, bisa dibilang bangga. Itu tandanya banyak yang memperhatikanku, menginginkanku untuk terus maju.
“Seru ya?” ujar Onew, teman di club Korean Press Center, membuka percakapan
“Iya.” jawabku singkat
“Kau gemar menulis?” tanya Onew ingin tau
“Gemar. Kau sendiri?” ucapku dilanjutkan pertanyaan
“Gemar juga.” jawanya singkat sambil tersenyum kecil
                Aku merasakan kebebasan. Menemukan tempat ini merupakan hal yang sangat menyenangkan.

#
              
  (kegiatan awal Korea Press Center)
Aku sampai di tempat yang baru pertama kali aku datangi. Di sini sangat sejuk. Ku langkahkan kaki hingga memasuki kamar yang telah disiapkan oleh panitia penyelenggara Korea Press Center. Ku letakkan tas dan merebahkan tubuhku di kasur yang lumayan empuk ini. Merasakan urat-urat ini seperti rileks kembali. Maklum, perjalanan panjang tadi membuatku lelah.
                Baru beberapa saat aku mengistirahatkan tubuh, tiba-tiba terdngar ketukan pintu. Tok.. Tok.. Tok..
“Lima menit lagi kelas materi akan dimulai. Segeralah kalian bersiap-siap.” suara itu lantang diucapkan oleh salah seorang panitia
“Arasseo (baiklah)” jawab Ui, salah seorang temanku
            
    Mataku tertuju pada Namja(pria) berbadan tinggi dan tegap. Rasanya aku pernah bertemu dengannya. Dan ternyata benar, dulu aku pernah melihatnya saat first meet. Pria itu melemparkan senyumannya padaku. Namun, ku bergegas duduk di kursi yang ada di ruang kelas tersebut.

                Ini saatnya praktek. Semua materi yang telah disampaikan oleh pemateri dibuktikan dalam praktek. Kegiatan ini langsung terjun ke lapangan. Untuk melakukannya, panitia membagi atas beberapa kelompok.
“Aku merasa akan satu kelompok dengannya.” batinku tiba-tiba berbicara

                Yuri, yang menghandle acara pun membagi kelompok. Dan saat membacakan anggota kelompok ternyata aku berada di kelompok pertama dengan seorang pendamping yang bernama Suli. Setelah namaku disebutkan, ternyata nama pria itu pun disebutkan. Aku tersentak kaget dan terdiam sejenak.
“Kkumkkae (yang benar saja), apa yang aku batinkan tadi benar-benar terjadi” desisku pelan

#

                Aku mendapat bagian reportase dengan teman satu kelompokku yang bernama Hyuk. Sedangkan pria itu mendapatkan bagian layouting dan resensi. Saat pembagian tugas itu pun aku tahu namanya pria itu. Nama pria itu Hae.

                Langsung ku bergegas keluar mencari tempat wisata di sekitar vila yang aku huni saat pelatihan jurnalistik. Aku, Hyuk dan Suli menemukan tempat yang cocok untuk meliput secara aktual. Beberapa narasumber menjadi target kami. Kami pun berhasil mendapatkan data-data yang kami inginkan. Reportase pun selesai.

                “hey, sudah selesai? Eottokhe(bagaimana)?” sapa Hae padaku
“Ne(iya). ” jawabku singkat
“Apakah kau sudah selesai mengerjakan tugasmu?” lanjutku bertanya
“Masih banyak yang belum terselesaikan.” sahutnya menjelaskan sambil melemparkan senyumannya padaku

                Kelas evaluasi pun dimulai. Aku sangat cemas untuk berhadapan dengan Taeyoung dan Key yang menjadi pengoreksi saat itu. Menakuti akan kritikan yang sangat banyak seperti praktek pertama.dan untuk kedua kalinya karya kelompokku dikoreksi dahulu. Rasa cemas semakin besar.

                Semenjak satu kelompok dengan Hae, aku pun mulai akrab dengannya. Kami pun sering bercerita tentang hoby kamu masing-masing.  Banyak hal yang kami bicarakan. Aku merasa senang bisa bergabung dengan club ini.

                Ini hari terakhir melaksanakan kegiatan pelatihan jurnalistik. Aku merasa tak ingin mengakhiri kegiatan yang telah memberiku semangat dan kegembiraan. Namun, waktu pun mau tidak mau akan menyudahi acara ini. Aku berharap akan ada waktu lagi untuk kita sema berkumpul.

See you next time... J
By: Tutur Larasati





Pages - Menu