Tuesday, August 5, 2014

Inginkan Waktu Sesuai Harapku

Kadang kala seperti sendu yang terus berlarut.
Pada matahari, pada rembulan yang bergantian.
Ketika daya tak cukup meneguhkah.
Begitu juga harap yang rapuh tak berwaktu.

Esok jika masih di sini, tanah Bontang.
Aku ingin merangkul, tak kulepaskan.
Tanpa mengulur waktu, apalagi mematikan waktu.
Selalu dalam jarak mata pandangan.

Akan kulepas.
Merelakan aku pergi menjauh.
Tapi, jika aku sudah puas.
Sesuai waktuku, inginku dan harapku.

"Tenanglah, Nak. Kau akan kembali lagi bersama kami."
Mungkin, Ibu hanya ingin membuatku lebih tenang dan bersabar.
Menerima keputusan ini.
Yang datang tak diperhitungkan.

Monday, March 10, 2014

Beriringan

Menangis, lalu terus menerus
Kala tengah sendu meratapi diam
Kamu ada, senyum selalu nampak
Ada saja tingkahmu buatku ikut tersenyum

Sungguh, aku memang pandai membuang air mata
Tentangmu, tentang kita yang kadang dilalui angin
Bahkan ketika baik, tiba-tiba gusar menghampiri
"Senyum", "Senyum", Itu kamu lakukan berulang-ulang

Aku kalah...
Ketenangan, kesabaran selalu nyaman bersemayam di hati ini
Kamu dengan keindahan
Usir sedihku, gusarku, bahkan jenuhku

Aku takut jika badai menghampiri kita
Aku takut jika saat kujatuh, tak kutemukan diriku seperti dulu
Rangkul aku, sayang
Tenanglah...

Friday, January 31, 2014

Melekaskan Ratusan Kilo Meter Jarak Kita

Menuai kebahagian dengan tanpa surut bersamamu
Sungguh memori indah
Melodi-melodi berirama menapak lagu
Tengah kita mendengarkannya seksama

Di balik waktu yang berjarak
Kita berkawankan hujan
Lalu di ujung sore tanpa jingga yang bersemayam
Terlampaui menjemput kegelapan malam dan dini

Tak apa
Lekas bertemu, melihat kembali lesung pipi khasmu
Hingga tak lagi ada rasa rindu karena ratusan kilo meter jarak seperti ini
Sebab kita akan saling bercengkerama

Boyolali - Yogyakarta

Thursday, January 30, 2014

Rindu Kita, Cepat Bersama-sama Lagi

Entah memulainya dari mana. Aku sedikit cangung dengan pembahasan ini. Bukan masalah, aku akan tetap menikmatinya.

Terkadang sulit memaknai ada yang terjadi di hari-hari sendu begini. Terlalu lama terlelapkan nampaknya. Aku merasakannya juga, mungkin kalianpun juga. Tidak salah. Suatu ketika aku memang menangis bila memikirkannya setengah ego. Jika sudah begini, aku termeriahkan suasana baru. Entah dengan kalian, mungkin bisa saja tidak. Ya, aku berharap tidak seperti denganku. Banyak yang bisa dilakukan bersama, banyak waktu yang luang untuk berkumpul. Namun, dengan ego ini aku coba untuk mencari tahu alasannya walau memang tak jauh mengetahui.

Sudah sangat lama rasanya, kita tak bersama-sama. Aku katakan "AKU RINDU". Apa kamu juga merakasannya? Lantas, bisa apa kita sekarang? Tenang, jawaban untuk dua pertanyaan itu aku simpan. Aku tetap menunggu agar nantinya kita bisa bertemu kembali. Canda tawa, keriuhan bahkan keegoisan itu yang aku rindukan.

Belum berhasil caraku untuk mempertemukan kita semua. Tak apa. Aku cukup mengerti sebabnya. Dan, akan ada kamu, kamu dan kamu yang juga mencoba untuk tujuan yang sama. Itu terbukti. Aku rasa setidaknya itu berhasil. Ya memang, aku tak punya banyak ide kreatif untuk menaklukkan beberapa hal. Seperti halnya kita yang saling jauh sekarang.

Memang kita harusnya bersama. Tak hanya satu orang saja, tak hanya dengan satu arah. Feedback diperlukan sekali. Biar gak kecewa kayak aku gini. :)

Eh, selamat, selamat. Tepatnya Rabu (29/1) kita bisa berkumpul di bukit Daun Gugur walau memang tidak semuanya. Tapi,aku rasa cukup berhasil. Ndaru hebat. Eh gak, seharusnya memang begitu. Aku aja yang gak punya ide konyol kayak begitu. Terima kasih Ndaru dan semua teman-teman. Yang begini ini loh yang aku maksud. Bisa kan ternyata, ya pastinya.

Aku sedih. Aku iri dengan teman-teman semua yang ikut. Aku tak bisa seutuhnya bergabung. Haru, tersenyum. Terima kasih. Yaaaaahh, aku sudah di titik kebingungan mau bicara apa. Aku ingat malam tadi. Mendengarkan kesan kalian kepadaku, mungkin akan menjadi tekanan batin yang akan menjadi baik. Aku menunggu itu. Ceritakanlah.

Banyak teman-teman yang belum bisa ikut bergabung untuk malam tadi. Ya, aku lagi-lagi sangat mengerti. Tenang, kita akan secepatnya bertemu. Tawa kita bersama, Uniknya mimik wajah kita, aku suka. Cepat kembali ke peradaban kita. Dalam lingkaran, rumah kita. Sekre masih ada, ia tidak berpindah bahkan tidak hilang.

Sudah ah, aku tak cukup baik untuk membendung keharuan tentang kita. Cerita masih sangat banyak, tapi aku ingin cepat bertemu kalian. Itu saja cerita kita akan menjadi lebih indah.

Selamat berlibur, semoga liburan ini bisa membuat lebih baik dan bahagia. Cepat kembali kawan. :)

Sunday, January 19, 2014

Perlamalah!

Ingin sebab hujan masih turun
Belum beranjak untuk kemari
Tak apa bila memang hujan menemani kita
Dengan jarak yang tak dikatakan dekat ini

Aku berbicara di depanmu
Perlahan-lahan, dengarkan saja!
Di luar sana memang sedang hujan, mendung di langit
Aku sedikit tertatih berbicara, di depanmu

Ya, ini kurasakan lagi
Tidak sama dengan, dikatakan kini berbeda
Takut lalu semakin pudar
Perlamalah!

Sunday, December 29, 2013

Terekam Riang Kita Saat Senja


Pada rekaman, jejak senja saat berkunjung.
Dengan kita senantiasa menikmati.
Desiran ombak, lembayung senja merajai.
Angin sepoi, teramat tak berhenti.

Horizon terlampau jelas
Ujung sore menyebarkan siluetnya
Detik-detik mentari akan tenggelam
Jemari ini sigap menyatu

Senja di pantai, menikmatinya bukan pertama kali
Namun denganmu, ini tersampaikan
Bersama menelusuri bibir pantai
Terang jelas mentari yang mulai bergegas pergi

Dialog kita, dengan riang tak mau berhenti
Senja masih nampak elok menenangkan
Merah jingganya mulai tersebar
Berserak tertata tetap pada kita

Aku tenang, dan kamu demikian
Jemari kita tak lagi bersatu seusai senja berlalu
Tapi kita telah dapatkan
Terekam jelas kebagiaan itu

Senja telah usai sore ini
Lupakan, tidak akan semestinya
Simpan, senja akan berkunjung kembali
Kembali untuk kita, berpeganglah erat

(28/12) -- Diaz & Laras, Senja di Pantai Parangtritis, Yogyakarta

Wednesday, December 25, 2013

Tiba untuk Kita, Percayalah

Tiba.
Kau datang dengan keadaan yang terbilang semu.
Kau bercerita pertama kalinya melihatku.
Sangka itu belum jelas.
Aku masih berlanjut memahami, dengan seksama.

Perlahan, aku mengerti.
Pada kenyamanan, tenang saat itu.
Setiap kegoyahan datang.
Kau ada, menenangkanku.
Di sampingku, aku merasakannya.

Percayalah!
Memahami krikil yang menjadi hambatan.
Bisa untuk dilewati, dengan bersama.
Berlayar, terarungi dengan tenang.
Bersama, percayalah

Akan selalu ingat.
Kita dengan aroma cokelat, menikmatinya.
Pada pesan dan kesan yang sungguh tersampaikan.
Hidup dalam suasana apik.
Jadi hari indah terukir untuk bersama.

Hujan selalu menemani kita.
Tanpa ribuan bintang sedang menghiasi.
Seolah terjaga saat bersamamu.
Bukanlah khayalan, tidaklah diorama.
Genggam bersama.

Bersama, tersenyum.
Sudah lama aku tak menyandangnya.
Ketika senja sudah cukup untukku.
Datangnya kau, sangat melengkapi.
Untuk kita bersama senja saat tiba.

Jaga aku, tetaplah tenang sayang.
Aku telah bisa memandangimu.
Dengan kau terus menatapku.
Di sampingmu, bahagia selalu.
Karena kau dan aku menjadi satu kini.

(23/12/2013)

Pages - Menu