Sunday, December 29, 2013

Terekam Riang Kita Saat Senja


Pada rekaman, jejak senja saat berkunjung.
Dengan kita senantiasa menikmati.
Desiran ombak, lembayung senja merajai.
Angin sepoi, teramat tak berhenti.

Horizon terlampau jelas
Ujung sore menyebarkan siluetnya
Detik-detik mentari akan tenggelam
Jemari ini sigap menyatu

Senja di pantai, menikmatinya bukan pertama kali
Namun denganmu, ini tersampaikan
Bersama menelusuri bibir pantai
Terang jelas mentari yang mulai bergegas pergi

Dialog kita, dengan riang tak mau berhenti
Senja masih nampak elok menenangkan
Merah jingganya mulai tersebar
Berserak tertata tetap pada kita

Aku tenang, dan kamu demikian
Jemari kita tak lagi bersatu seusai senja berlalu
Tapi kita telah dapatkan
Terekam jelas kebagiaan itu

Senja telah usai sore ini
Lupakan, tidak akan semestinya
Simpan, senja akan berkunjung kembali
Kembali untuk kita, berpeganglah erat

(28/12) -- Diaz & Laras, Senja di Pantai Parangtritis, Yogyakarta

Wednesday, December 25, 2013

Tiba untuk Kita, Percayalah

Tiba.
Kau datang dengan keadaan yang terbilang semu.
Kau bercerita pertama kalinya melihatku.
Sangka itu belum jelas.
Aku masih berlanjut memahami, dengan seksama.

Perlahan, aku mengerti.
Pada kenyamanan, tenang saat itu.
Setiap kegoyahan datang.
Kau ada, menenangkanku.
Di sampingku, aku merasakannya.

Percayalah!
Memahami krikil yang menjadi hambatan.
Bisa untuk dilewati, dengan bersama.
Berlayar, terarungi dengan tenang.
Bersama, percayalah

Akan selalu ingat.
Kita dengan aroma cokelat, menikmatinya.
Pada pesan dan kesan yang sungguh tersampaikan.
Hidup dalam suasana apik.
Jadi hari indah terukir untuk bersama.

Hujan selalu menemani kita.
Tanpa ribuan bintang sedang menghiasi.
Seolah terjaga saat bersamamu.
Bukanlah khayalan, tidaklah diorama.
Genggam bersama.

Bersama, tersenyum.
Sudah lama aku tak menyandangnya.
Ketika senja sudah cukup untukku.
Datangnya kau, sangat melengkapi.
Untuk kita bersama senja saat tiba.

Jaga aku, tetaplah tenang sayang.
Aku telah bisa memandangimu.
Dengan kau terus menatapku.
Di sampingmu, bahagia selalu.
Karena kau dan aku menjadi satu kini.

(23/12/2013)

Monday, December 9, 2013

Rindu pada Dekapanmu, Ibu


Aku tahu, hujan sedang ingin berlama-lama menampakkan kelihaiannya.
Bukan aku yang ditemani hujan.
Tapi sekarang, aku yang menemani hujan saat tiba.
Lekas duduk, aku bersama hujan.
Dengan berpura-pura menyendiri di kedinginan sore.

Ya, saat jingga harusnya menjumpai para penikmatnya.
Memang, tak tampak di ujung sore.
Beralih dengan seksama menerima.
Bahwa hujan ingin lagi berlanjut, hingga larutnya malam.
Bisa saja, hingga dini bersambut menemaniku.

Aku teringat, bersamamu.
Pada rasa ringkih kesakitan malam.
Saat hujan sedang lebat, kamu menemani.
Aku rindu.
Berdiam memelukmu, dan lelap dalam dekapan hingga esok.

Aku teringat, menantimu.
Memintamu untuk berkunjung.
Sedang aku merasa sakit seperti dulu.
Inginkanmu, tanpa bermanja seperti biasanya.
Dekap aku.

Hujan memberi aku jalan untuk mengingat.
Seraya aku memejamkan mata, aku menangis.
Aku lelah.
Aku rindu di dekatmu, seperti dulu.
Kumohon, Ibu.

Pages - Menu